Senin, 16 Januari 2017

MITOLOGI JAWA

Sedikit tentang MITOLOGI JAWA ASLI

Kepercayaan Jawa yang asli menyatakan bahwa Dzat Tuhan yang disebut dengan Sang Hyang Toyo (Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Wisesa, Sang Hyang Widhiwasa, Sang Hyang Agung) adalah tidak bisa dibayangkan dengan pikiran manusia, tidak bisa dibuktikan dengan kelima indera kita, walaupun ke-agungan-Nya, nikmat-Nya, anugerah-Nya adalah nyata dapat dirasakan tapi adaNya dan kehadiranNya hanya dapat dirasakan dengan rasa sejati, dan dengan daya spiritual manusia. Namun Dia ada dan Dialah yang menciptakan alam semesta beserta seisinya.

Oleh karena itu Sunan Kalijogo berpendapat bahwa kepercayaan jawa yang asli seperti tersebut di atas adalah benar karena tidak keluar dari ajaran tauhid dalam islam, dan karena mereka belum mengenal nama Allah. Akan tetapi Penggunaan kata Sang Hyang Widhi juga ditemukan dalam kitab Wedhatama karya Sri Mangkunagoro IV, penggunaan ini untuk menyebut nama Tuhan, Allah dalam Islam.

Menurut Anand Krishna (1998) bahwa Sri Mangkunagoro IV merupakan seorang pujangga, seorang penguasa bijak dari Keraton Mangkunegaran di Surakarta. Menurut catatan sejarah, beliau lahir pada tahun 1809 dan meninggal pada tahun 1881. Salah satu pupuh dalam Wedhatama berbunyi sebagai berikut:

“Sajatine kang mangkana, Wis kakenan nugrahaning Hyang Widhi, Bali alaming asuwung, Tan karem karameyan, Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula-mulanira, Mulane wong anom sami. (Wedhatama 14).”

Artinya : “Sesungguhnya Ia yang telah mencapai kesadaran seperti itu, telah memperoleh berkat Allah. Ia menikmati keheningan dalam dirinya dan tidak tertarik lagi pada keramaian di luar. Hawa nafsu yang tadinya mengendalikan dia, sekarang terkendalikan olehnya. Ia kembali kepada sifat dasarnya, yang sederhana dan halus”.

Pujangga Sastra lainnya seperti Ngabehi Rangga Warsita juga biasa menggunakan kata Hyang Widhi untuk menyebut Tuhan, Allah. Pujangga-pujangga seperti beliau-beliau menyadari atau telah mencapai kesadaran tentang pengetahuan suci, tentang hakekat tertinggi bahwa Tuhan itu memiliki banyak nama, namun Tuhan hanyalah esa tiada duanya. Seperti dinyatakan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa” : Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran (Tuhan) yang kedua.

Menurut Mitologi Jawa, seluruh semesta seisinya adalah ciptaan Sang Hyang Wisesa di dalam haribaan-Nya sendiri. Artinya, Tuhan murba wasesa yang melingkupi dan memuat serta menguasai dan mengatur seluruh semesta yang luasnya tiada batas dan seluruh isinya.

Dalam Mitologi Jawa, Dzat Tuhan yang mampu dihampiri akal, rasa dan daya sepiritual (kebatinan) adalah Dzat Urip, yang kemudian disebut : Pangeran atau Gusti.  Sungguh Maha Sempurna Tuhan yang telah menciptakan semesta ini. Luasnya tiada terhingga dan semuanya teratur, selaras, dan sempurna. Disebut dalam mitologi Jawa, bahwa semesta tercipta dalam keadaan hayu (elok, indah, selaras dan sempurna).

Semoga bermanfaat, aamiin….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar