Sedikit
tentang MITOLOGI JAWA ASLI
Kepercayaan
Jawa yang asli menyatakan bahwa Dzat Tuhan yang disebut dengan Sang Hyang Toyo
(Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Wisesa, Sang Hyang Widhiwasa, Sang Hyang Agung)
adalah tidak bisa dibayangkan dengan pikiran manusia, tidak bisa dibuktikan
dengan kelima indera kita, walaupun ke-agungan-Nya, nikmat-Nya, anugerah-Nya
adalah nyata dapat dirasakan tapi adaNya dan kehadiranNya hanya dapat dirasakan
dengan rasa sejati, dan dengan daya spiritual manusia. Namun Dia ada dan Dialah
yang menciptakan alam semesta beserta seisinya.
Oleh karena
itu Sunan Kalijogo berpendapat bahwa kepercayaan jawa yang asli seperti
tersebut di atas adalah benar karena tidak keluar dari ajaran tauhid dalam
islam, dan karena mereka belum mengenal nama Allah. Akan tetapi Penggunaan kata Sang Hyang Widhi juga ditemukan dalam kitab
Wedhatama karya Sri Mangkunagoro IV, penggunaan ini untuk menyebut nama Tuhan,
Allah dalam Islam.
Menurut Anand Krishna (1998) bahwa Sri Mangkunagoro IV
merupakan seorang pujangga, seorang penguasa bijak dari Keraton Mangkunegaran
di Surakarta. Menurut catatan sejarah, beliau lahir pada tahun 1809 dan
meninggal pada tahun 1881. Salah satu pupuh dalam Wedhatama berbunyi sebagai
berikut:
“Sajatine
kang mangkana, Wis kakenan nugrahaning Hyang Widhi, Bali alaming asuwung, Tan
karem karameyan, Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula-mulanira, Mulane
wong anom sami. (Wedhatama 14).”
Artinya : “Sesungguhnya Ia yang telah mencapai kesadaran
seperti itu, telah memperoleh berkat Allah. Ia menikmati keheningan dalam
dirinya dan tidak tertarik lagi pada keramaian di luar. Hawa nafsu yang tadinya
mengendalikan dia, sekarang terkendalikan olehnya. Ia kembali kepada sifat
dasarnya, yang sederhana dan halus”.
Pujangga Sastra lainnya seperti Ngabehi Rangga Warsita juga
biasa menggunakan kata Hyang Widhi untuk menyebut Tuhan, Allah.
Pujangga-pujangga seperti beliau-beliau menyadari atau telah mencapai kesadaran
tentang pengetahuan suci, tentang hakekat tertinggi bahwa Tuhan itu memiliki
banyak nama, namun Tuhan hanyalah esa tiada duanya. Seperti dinyatakan dalam
semboyan “Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana
Dharma Mangrwa” : Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran
(Tuhan) yang kedua.
Menurut Mitologi
Jawa, seluruh semesta seisinya adalah ciptaan Sang Hyang Wisesa di dalam
haribaan-Nya sendiri. Artinya, Tuhan murba wasesa yang melingkupi dan memuat
serta menguasai dan mengatur seluruh semesta yang luasnya tiada batas dan
seluruh isinya.
Dalam Mitologi
Jawa, Dzat Tuhan yang mampu dihampiri akal, rasa dan daya sepiritual
(kebatinan) adalah Dzat Urip, yang kemudian disebut : Pangeran atau Gusti. Sungguh Maha Sempurna Tuhan yang telah
menciptakan semesta ini. Luasnya tiada terhingga dan semuanya teratur, selaras,
dan sempurna. Disebut dalam mitologi Jawa, bahwa semesta tercipta dalam keadaan
hayu (elok, indah, selaras dan sempurna).
Semoga
bermanfaat, aamiin….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar